DAFTAR NAMA-NAMA WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR Mohammad Hatta
Lahir: Bukittinggi,
12 Agustus 1902
Wafat: Jakarta,
14 Maret 1980
Anak:
·
Meutia
Farida
·
Gemala
·
Halida
Nuriah
Gelar Pahlawan: Pahlawan Proklamator RI tahun 1986
Pendidikan:
·
Europese
Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916)
·
Meer
Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
·
Handel
Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang) di Jakarta (1921)
·
Nederland
Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda (dengan gelar Drs) (1932)
Karir:
·
Bendahara
Jong Sumatranen Bond, di Padang (1916-1919)
·
Bendahara
Jong Sumatranen Bond, di Jakarta (1920-1921)
·
Ketua
Perhimpunan Indonesia di Belanda (1925-1930)
·
Wakil
delegasi Indonesia dalam gerakan Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, di
Berlin (1927-1931)
·
Ketua
Panitia Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) (1934-1935)
·
Kepala
Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang (April 1942)
·
Anggota
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Mei 1945)
·
Wakil
Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
·
Proklamator
Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945)
·
Wakil
Presiden RI pertama (18 Agustus 1945)
·
Wapres
merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (Januari 1948-Desember 1949)
·
Ketua
Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan menerima
penyerahan kedaulatan dari ratu Juliana (1949)
·
Wapres
merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet RIS (Desember
1949-Agustus 1950)
·
Mengundurkan
diri dari jabatan Wapres (1 Desember 1956)
·
Dosen
di Sesko AD, Bandung (1951-1961)
·
Dosen
di UGM, Yogyakarta (1954-1959)
·
Penasihat
Presiden dan Penasihat Komisi IV tentang masalah korupsi (1969)
·
Ketua
Panitia Lima yang bertugas memberikan perumusan penafsiran mengenai Pancasila
(1975)
Mohammad
Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang
indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji
Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya,
Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di
kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul
perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong
Minahasa. dan Jong Ambon.
Hatta
masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.Sebagai bendahara Jong Sumatranen
Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi
sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin
lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa
tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad
Hatta.
Masa Studi di Negeri Belanda
Pada
tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School
di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922,
perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang
menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta
juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara
teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini
berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Hatta lulus dalam ujian
handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud
menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena
itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan
baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan
itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik. Perpanjangan
rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal
17 Januari 1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang
berjudul "Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen"--Struktur
Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur
ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan kebijaksanaan
non-kooperatif. Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih
menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan
mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik
rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan
nasional yang berada di Eropa. PI melakukan propaganda aktif di
luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya,
dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang
memimpin delegasi. Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan
nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi
Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi,
"Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres. Nama
"Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah
benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional. Hatta
dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang
Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan
di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan
pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta
tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika
seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor
(Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu. Pada
tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi
"Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan" di Gland,
Swiss. Judul ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I' Independence
(Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan). Bersama dengan Nazir St. Pamontjak,
Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama
lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den
Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah
itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian
diterbitkan sebagai brosur dengan nama "Indonesia Vrij", dan kemudian
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia
Merdeka. Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada
studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra?jat dan kadang-kadang
De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun
1932.
Kembali ke Tanah Air
Pada
bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan
sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933,
kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk
Daulat Ra?jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan
kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip
non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya. Reaksi Hatta yang
keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah
Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores,
terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra?jat, yang berjudul "Soekarno
Ditahan" (10 Agustus 1933), "Tragedi Soekarno" (30 Nopember
1933), dan "Sikap Pemimpin" (10 Desember 1933). Pada bulan Pebruari
1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan
perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai
Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel.
Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta,
Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja,
Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama
hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta.
Di
penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul ?Krisis Ekonomi dan Kapitalisme?
Masa Pembuangan
Pada
bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel
(Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua
pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan
harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan
menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke
daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial
waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar
pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40
sen sehari. Dalam
pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar
Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat
pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya
yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai
cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di
pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan
pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain,
"Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan" dan "Alam Pikiran
Yunani."
(empat
jilid). Pada
bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa
tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936
keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan
Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas
dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam
bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain.
Kembali Ke Jawa: Masa Pendudukan Jepang
Pada
tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9
Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal
22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta. Pada masa pendudukan
Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan
tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah
Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor
Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta
mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan
pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta
sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui,
apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu
didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan
September 1944. Selama
masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan
di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942
menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, ?Indonesia terlepas dari
penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi
jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda
Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada
mempunyainya sebagai jajahan orang kembali." ProklamasiPada awal Agustus 1945,
Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan
Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah
di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar
Pulau Jawa. Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral
Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan
harinya. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta,
Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk
menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks
proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan
kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya
ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti. Soekarni
mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja,
Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan
riuh. Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam
10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18
Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs.
Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo
Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu
dwitunggal. Periode Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Indonesia
harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin
menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke
Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian
Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan
akibat kecurangan pihak Belanda. Untuk mencari dukungan luar
negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan
Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat
adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah
Perdana Menteri Morarji Desai).
Nehru
berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB
agar Belanda dihukum. Kesukaran
dan ancaman yang dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan
pemberontakan. 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua.
Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat
Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana.
Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata. Pada
tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi
Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan
Indonesia dari Ratu Juliana. Bung Hatta juga menjadi Perdana
Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah
RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi
Wakil Presiden.
Periode Tahun 1950-1956
Sultan Hamengkubuwono IX
Sri
Sultan Hamengku Buwono IX merupakan contoh bangsawan yang demokratis.
Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah
pimpinannya. Pendidikan Barat yang dijalaninya sejak usia 4 tahun membuat HB IX
menemukan banyak Dilahirkan di Dalem Pakuningratan kampung Sompilan Ngasem pada
hari Sabtu Paing tanggal 12 April 1912 atau menurut tarikh Jawa Islam pada
tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842 dengan nama Dorodjatun.
Ayahnya
adalah Gusti Pangeran Haryo Puruboyo, yang kemudian hari ketika Dorodjatun
berusia 3 tahun Beliau diangkat menjadi putera mahkota (calon raja) dengan
gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putera
Narendra ing Mataram.
Sedangkan
ibunya bernama Raden Ajeng Kustilah, puteri Pangeran Mangkubumi yang kemudian
bergelar Raden Ayu Adipati Anom.
Sejak
usia 4 tahun Dorodjatun sudah hidup terpisah dari keluarganya, dititipkan pada
keluarga Mulder seorang Belanda yang tinggal di Gondokusuman untuk mendapat
pendidikan yang penuh disiplin dan gaya hidup yang sederhana sekalipun ia putra
seorang raja. Dalam keluarga Mulder itu Dorodjatun diberi nama panggilan Henkie
yang diambil dari nama Pangeran Hendrik, suami Ratu Wilhelmina dari Negeri
Belanda. Henkie mulai bersekolah di taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan
Juffrouw Willer yang terletak di Bintaran Kidul. Pada usia 6 tahun Dorodjatun
masuk sekolah dasar Eerste Europese Lagere School dan tamat pada tahun 1925.
Kemudian Dorodjatun melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS,
setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan kemudian di Bandung.
Pada
tahun 1931 ia berangkat ke Belanda untuk kuliah di Rijkuniversiteit Leiden,
mengambil jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi. Ia
kembali ke Indonesia tahun 1939. Setahun kemudian, tepatnya pada hari Senin Pon
tanggal 18 Maret 1940 atau tanggal 8 bulan Sapar tahun Jawa Dal 1871,
Dorodjatun dinobatkan sebagai raja Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar
Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono, Senopati Ing
Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX.
Arti
gelar tersebut ialah bahwa sultanlah penguasa yang sah dunia yang fana ini, dia
juga Senopati Ing Ngalogo yang berarti mempunyai kekuasaan untuk menentukan
perdamaian atau peperangan dan bahwa dia pulalah panglima tertinggi angkatan
alternatif budaya untuk menyelenggarakan Keraton Yogyakarta di kemudian hari.
Berbagai tradisi keraton yang kurang menguntungkan dihapusnya dan dengan
alternatif budaya baru HB IX menghapusnya. Meski begitu bukan berarti ia
menghilangkan substansi sendiri sejauh itu perlu dipertahankan. Bahkan wawasan
budayanya yang luas mempu menemukan terobosan baru untuk memulihkan kejayaan
kerajaan Yogyakarta.
Bila
dalam masa kejayaan Mataram pernah berhasil mengembangkan konsep politik
keagungbinataraan yaitu bahwa kekuasaan raja adalah agung binathara bahu dhenda
nyakrawati, berbudi bawa leksana ambeg adil para marta (besar laksana kekuasaan
dewa, pemeliharaan hukum dan penguasa dunia, meluap budi luhur mulianya, dan
bersikap adil terhadap sesama), maka HB IX dengan wawasan barunya menunjukkan
bahwa raja bukan lagi gung binathara, melainkan demokratis. Raja berprinsip
kedaulatan rakyat tetapi tetap berbudi bawa leksana.
Di
samping itu HB IX juga memiliki paham kebangsaan yang tinggi. Dalam pidato
penobatannya sebagai Sri Sultan HB IX ada dua hal penting yang menunjukkan
sikap tersebut. Pertama, adalah kalimat yang berbunyi: "Walaupun saya
telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya
adalah dan tetap adalah orang Jawa." Kedua, adalah ucapannya yang berisi
janji perjuangan: "Izinkanlah saya mengakhiri pidato saya ini dengan
berjanji, semoga saya dapat bekerja untuk memuhi kepentingan nusa dan bangsa,
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang ada pada saya." Wawasan kebangsaan
HB IX juga terlihat dari sikap tegasnya yang mendukung Republik Indonesia
dengan sangat konsekuen.
Segera
setelah Proklamasi RI ia mengirimkan amanat kepada Presiden RI yang menyataak
keinginan kerajaan Yogyakarta untuk mendukung pemerintahan RI. Ketika Jakarta
sebagai ibukota RI mengalami situasi gawat, HB IX tidak keberatan ibukota RI
dipindahkan ke Yogyakarta.
Begitu
juga ketika ibukota RI diduduki musuh, ia bukan saja tidak mau menerima bujukan
Belanda untuk berpihak pada mereka, namun juga mengambil inisatif yang
sebenarnya dapat membahayakan dirinya, termasuk mengijinkan para gerilyawan
bersembunyi di kompleks keraton pada serangan oemoem 1 Maret 1949. Jelaslah
bahwa ia seorang raja yang republiken. Setelah bergabung dengan RI, HB IX
terjun dalam dunia politik nasional.
ADAM MALIK
"Dia
adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut," tambah
McAvoy. Dia-lah dalang dalam buku yang dibuat peraih penghargaan Pulitzer yakni
,Tim Weiner wartawan The New York Times yang pernah meraih Pulitzer itu. Tetapi
dengan muncul pemberitaan seperti itu, banyak kalangan menilai bahwa pernyataan
seorang McAvoy dinilai ngawur dan tidak memiliki data yang valid sebagai acuan,
apa yang terjadi antara Adam Malik dan McAvoy adalah persahabatan belaka, namun
dia memanfaatkan kedekatan tersebut dan merasa telah memiliki agent di tingkat
pejabat tinggi yang akan menjadi orang penting di Indonesia.
Bagi
kalangan intelejen luar negeri, menganggap suatu prestasi besar apabila para
perwira mampu mengajak petinggi di berbagai dunia tergabung dalam ke-agency-an
CIA, Kesalahan seorang McAvoy jika memang benar orang nomor satu yang
mendirikan kantor berita Antara ini menganggap suami dari Nelly tersebut agen
dari-nya terlalu terbuka, logikanya tidak mungkin agen intelejen dibeberkan
'privacy-nya' di khalayak umum, dan hal itu tidak mungkin dilakukan oleh agen
intelejen sekelas CIA.
Dia-lah
Adam Malik, seorang mantan wakil presiden RI ke tiga. Karir yang ia bangun
bukanlah semata-mata secara instan dia peroleh, 'segambreng' kiprahnya di dunia
organisasi mulai dari kepemudaan sampai ke partai politik yang pernah ia buat
semakin menunjukan kontribusi yang perlu di ingat oleh negara ini, dan layak
untuk dijadikan refrensi sejarah. Adam Malik begitu konsistennya di dunia
pergerakan kerakyatan dan jurnalis.
Sejak
tahun 1945, Adam Malik menjadi anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan
Kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Bersama rekannya yang lain, Adam Malik terus
bergerilya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menjelang kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945, dibantu tokok pemuda yang lain, dia pernah membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia danemi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, dia juga menggerakkan
rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.
Karier
Adam Malik diawali sebagai wartawan dan tokoh pergerakan kebangsaan yang
dilakukannya secara autodidak. Di masa mudanya, ia sudah aktif ikut pergerakan
nasional memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan modal satu meja tulis
tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke
berbagai surat kabar nasional. Inilah rekam jejak seorang Adam Malik :
Pada tahun 1934-1935, ia memimpin
Partai Indonesia (Partindo) Pematang Siantar danMedan.
·
Pada
tahun 1940-1941 menjadi anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo) di Jakarta.
·
Pada
1945, menjadi anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan Kemerdekaan
Indonesia di Jakarta.
·
Menjelang
17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, ia pernah membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Demi mendukung kepemimpinan
Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.
·
Dan masih banyak lagi serangkaian
rekam jejak sejarah tentang beliau, yang akan kita rangkum di bawah nanti.
Dan
dia-lah, orang terus bergerilya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,
sampai puncaknya menjelang kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, dibantu tokok
pemuda yang lain, dia pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia danemi mendukung kepemimpinan
Soekarno-Hatta, dia juga menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada,
Jakarta.
Bukan
saja di dalam negeri, di luar negeri pun nama Adam Malik memiliki 'taring' yang
perlu dipertimbangkan oleh penduduk dunia. Pada tahun 1971, ia terpilih sebagai
Ketua Majelis Umum PBB ke-26, orang Indonesia pertama dan satu-satunya sebagai
Ketua SMU PBB. Saat itu dia harus memimpin persidangan PBB untuk memutuskan
keanggotaan RRC di PBB yang hingga saat ini masih tetap berlaku.
H.
Adam Malik pun akhirnya meninggal dunia setelah bertahan melawan kanker lever
yang diderita, sampai akhirnya ia merasa tidak mampu melawan sakitnya, di
Bandung, 5 September 1984 beliau menutup usia. Kemudian, isteri dan
anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik.
UMAR WIRAHADI KUSUMA
Umar Wirahadikusumah (lahir di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, 10 Oktober 1924 – meninggal di Jakarta, 21 Maret 2003 pada umur 78 tahun) adalah Wakil Presiden Indonesia keempat, menjabat 1983-1988.
Umar Wirahadikusumah lahir pada tanggal 10 Oktober 1924 dari pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah dan Raden Ratnaringrum. Umar dilahirkan sebagai keluarga bangsawan dan menyelesaikan pendidikannya di bawah Pemerintah Kolonial Belanda.
Pada tahun 1943, dengan Indonesia sekarang di bawah pendudukan Jepang, Umar bersama dengan kelompok pemuda beroperasi di bawah pengawasan Pemerintah Kerja Jepang. Kelompok-kelompok pemuda memberikan beberapa pelatihan fisik yang Umar melakukan. Hal ini diikuti pada Oktober 1944 oleh PETA, pasukan tambahan yang terdiri dari rekrutan Indonesia yang dimaksudkan untuk membantu Jepang dalam melawan Sekutu. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Umar, seperti banyak pemuda lain dari usia yang sama bergabung denganTentara Keamanan Rakyat, cikal bakal TNI.
Umar menikah dengan Karlina dan memiliki dua anak perempuan. Ia juga adalah paman dari Agus Wirahadikusumah, seorang perwira militer yang menjadi Panglima Kostrad.
KARIR
Kodam III/Siliwangi
Setelah Revolusi Nasional Indonesia, Umar bertugas di Angkatan Darat. Umar ditempatkan di provinsi asalnya Jawa Barat dan bertugas untuk waktu yang lama di Kodam III/Siliwangi. Kariernya melejit setelah membantu menumpas pemberontakan PKI pada tahun 1948 serta memerangi pemberontakan PRRI di Sumatera. Ia juga pernah menjadi ajudan Abdul Haris Nasution saat menjabat sebagai Komandan Divisi Siliwangi.
Kodam V/Jaya]
Pada tahun 1959, Umar dipercaya sebagai Komandan Kodam V/Jaya dan ia bertanggung jawab terhadap keamanan di Jakarta dan sekitarnya.
Peristiwa G30S
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, enam jenderal diculik dari rumah mereka. Sebagai Panglima Kodam V / Jaya, Umar berkeliling kota untuk memeriksa keamanannya. Setelah mendengar tentang penculikan dan melihat pasukan tak dikenal menduduki Lapangan Merdeka, Umar mengirim kabar kepada Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto.
Umar menerima keputusan Soeharto untuk mengambil komando Angkatan Darat dan mendukungnya dalam usahanya untuk menindak usaha kudeta. Menjelang tengah hari, Umar menerima perintah dari Presiden Soekarno yang dicurigai berada di Halim, tempat di mana enam jenderal diculik. Soeharto khawatir bahwa ini adalah upaya untuk membunuh Umur dengan memerintahkanya ke Halim. Soeharto dengan tegas menolak perintah tersebut.
Setelah Suharto merebut kembali kendali situasi di Jakarta, Umar kemudian mengkonsolidasikan situasi. Dia memberlakukan jam malam dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi dan memonitor semua surat kabar ibu kota.
Ketika peristiwa diduga didukung oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), Umar menyetujui pembentukan gabungan aksi untuk membasmi Gerakan 30 September (KAP-GESTAPU).
Orde baru
Meskipun ia bukan bagian dari lingkaran dalam Soeharto, Umar memenangkan kepercayaan besar dari Soeharto atas bantuan dan dukungan yang diberikan dalam menyelesaikan G30S. Saat Soeharto mulai menjabat sebagai Pejabat Presiden, karier Umar juga melejit. Pada tahun 1965, Soeharto mempercayakan Umar untuk menggantikannya sebagai Panglima Kostrad. Pada tahun 1967, Umar menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat sebelum akhirnya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 1969.
Pada tahun 1973, karier aktif militernya berakhir dan ia menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 10 tahun. Sebagai Ketua BPK, Umar bertanggung jawab untuk memastikan bahwa departemen pemerintah, kementerian, dan badan pemerintahan menggunakan uang negara dengan baik. Selama masa jabatannya sebagai Ketua BPK, Umar membuat penilaian suram yang menilai bahwa tidak satu pun departemen pemerintah adalah bebas dari korupsi.
Menjadi wakil presiden
Pada bulan Maret tahun 1983, Umar mencapai puncak kariernya. Suharto, yang telah dipilih untuk masa jabatan keempat sebagai Presiden berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memilih Umar untuk menjadi wakil presidennya. Pemilihan ini dianggap menjadi pilihan yang agak tak terduga mengingat karier Umar dalam politik di Indonesia tidak lebih memucat dibandingkan dengan dua pendahulunya, Hamengku Buwono IX dan Adam Malik. Meskipun kepribadian rendah hati, Umar memiliki reputasi yang baik dan dihormati secara luas.
Sebagai wakil presiden, Umar menjadi salah satu dari sangat sedikit dalam rezim Soeharto yang memilih untuk memberantas korupsi. Sebagai orang yang religius, Umar berharap bahwa agama dapat digunakan untuk mengubah koruptor untuk melakukan perbuatan yang benar. Umar juga melakukan inspeksi kejutan (kadang-kadang penyamaran) ke kota-kota dan desa-desa daerah untuk memantau bagaimana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap rakyat. Selama menjadi Wakil Presiden Umar juga mengadakan pelayanan doa di Istana Wakil Presiden.
Karier Umar sebagai Wakil Presiden berakhir pada Maret 1988 ketika ia digantikan oleh Sudharmono. Banyak yang kecewa melihat dia tidak melanjutkan untuk masa jabatan kedua sebagai Wakil Presiden. Hal ini menjadi bukti reputasi yang baik bahwa Sudharmono ingin memastikan penerimaan Umar untuk tidak melanjutkan sebagai Wakil Presiden untuk periode selanjutnya.
Mantan Wakil Presiden RI ke-4 (1983-1988) Umar Wirahadikusumah menghembuskan napas terakhir, sekitar pukul 07.53 WIB, Jumat 21 Maret 2003 di Rumah Sakit Pusat TNI-AD Gatot Soebroto. Umar meninggal karena masalah jantung dan paru-paru. Kemudian Jenazahnya Dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata
SUDHARMONO
Riwayat Karir :
– Komandan Pasukan Divisi Ronggolawe (1945-1949)
– Perwira Staf Pusdik Perwira AD (1950-1952)
– Jaksa Tentara, merangkap Perwira Staf Penguasa Perang Pusat, Medan (1957-1961)
– Jaksa Tentara Tinggi, merangkap Perwira Staf Penguasa Perang Tertinggi (Peperti)
– Asisten Bidang Sosial Sekretariat Pembantu Pimpinan Revolusi
– Wakil Ketua II Gabungan 5 Koti
– Ketua Tim Penertiban Personil Pusat (1962-1966)
– Sekretaris Kabinet, merangkap Sekretaris Dewan Stabilisasi Ekonomi (1966-1972)
– Menteri Sekretaris Negara (1973-1988)
– Wakil Presiden RI (1988-1993)
– Perwira Staf Pusdik Perwira AD (1950-1952)
– Jaksa Tentara, merangkap Perwira Staf Penguasa Perang Pusat, Medan (1957-1961)
– Jaksa Tentara Tinggi, merangkap Perwira Staf Penguasa Perang Tertinggi (Peperti)
– Asisten Bidang Sosial Sekretariat Pembantu Pimpinan Revolusi
– Wakil Ketua II Gabungan 5 Koti
– Ketua Tim Penertiban Personil Pusat (1962-1966)
– Sekretaris Kabinet, merangkap Sekretaris Dewan Stabilisasi Ekonomi (1966-1972)
– Menteri Sekretaris Negara (1973-1988)
– Wakil Presiden RI (1988-1993)
Organisasi :
– Ketua Umum DPP Golongan Karya (1983-1988)
– Koordinator Yayasan-yayasan yang didirikan Pak Harto (1998 s/d sekarang)
– Ketua Umum DPP Golongan Karya (1983-1988)
– Koordinator Yayasan-yayasan yang didirikan Pak Harto (1998 s/d sekarang)
KEISTIMEWAAN:
– Sudhrmono pandai menghitung perkalian dan pembagian dengan cepat.
ALASAN:
– Karena Sudharmono memiliki kemampuan yang berbeda dengan sanak saudaranya.
– Sudhrmono pandai menghitung perkalian dan pembagian dengan cepat.
ALASAN:
– Karena Sudharmono memiliki kemampuan yang berbeda dengan sanak saudaranya.
TINDAKAN YANG PATUT DICONTOH:
– Sudaharmono memiliki sifat yang Pendiam, tanggp, ulet, terampil, dan berbadan yang tegap.
– Membela bangsa dan Negara.
– Mengabdi kepada pemeritahan Indonesia.
– Sudaharmono memiliki sifat yang Pendiam, tanggp, ulet, terampil, dan berbadan yang tegap.
– Membela bangsa dan Negara.
– Mengabdi kepada pemeritahan Indonesia.
TRY
SUTRISNO
Semasa kecil, ia terpaksa tidak melanjutkan sekolah dan memilih
berjualan koran dan rokok demi mempertahankan hidup serta kebutuhan ekonomi
keluarga, sebab di masa-masa itu agresi militer Belanda memporak porandakan
ekonomi keluarga dan Indonesia pada umumnya. Jalan hidup-nya bukan saja putra
dari pasangan pasangan Soebandi dan Mardeyah, tetapi ternyata ia tumbuh dan
besar menjadi Putra Bangsa. Diusia yang terbilang muda, kurang lebih
13 tahun ia sudah bergabung dengan Batalyon Poncowati tetapi tidak
diterima dan diberikan tugas lain sebagai kurir yang bertugas mencari
informasi ke daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Belanda serta mengambil
obat untuk Angkatan Darat Indonesia.
Disaat keadaan keamanan negara berangsur membaik, ini
dikarenakan Belanda kalah, ia pun kembali melanjutkan pendidikannya. Pada
tahun pada 1956, ia diterima menjadi taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat
(Atekad), Pengalaman Militer Try Sutrisno pertama adalah pada tahun 1957,
ketika ia berperang melawan Pemberontakan PRRI. Sebelum menjadi ajudan
Soeharto, Tri Sutrisno sudah mengenal lebih dahulu di masa Operasi Pembebasan
Irian Barat tahun 1962, ketika itu Mayor Jenderal Soeharto ditunjuk
Presiden Soekarno menjadi Panglima Komando Mandala yang berpangkalan di
Sulawesi.
Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden
Suharto di saat ini-lah karir suami dari Tuti Sutiawati yang dinikahinya 21
Januari 1961 itu meroket karir-nya. Pada tahun 1978, Try diangkat ke posisi
Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI / Udayana. Setahun kemudian, ia akan
menjadi Panglima Daerah KODAM IV / Sriwijaya. Dan empat tahun kemudian,
ia diangkat ke Panglima Daerah KODAM V / Jaya dan ditempatkan di Jakarta.
Februari 1993, bulan yang sama bahwa Try dipecat dari
posisinya dan sebulan sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat yang (MPR)
dijadwalkan bertemu untuk memilih presiden baru dan Wakil Presiden, anggota
Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia dengan cepat
menyetujui nominasi Try sebagai Golkar berjuang dalam memberitahu anggotanya
bahwa Golkar tidak dicalonkan Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden.
Prof.Dr.Ir B.J. Habibie
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Pare-Pare
Tanggal Lahir : Kamis, 25 Juni 1936
Zodiac : Cancer
Hobby : Membaca
Warga Negara : Indonesia
BIOGRAFI
Prof. DR (HC).
Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie
(73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936.
Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi
Wakil Presiden RI ke-7. Habibie merupakan keturunan antara orang Jawa (ibunya)
dengan orang Makasar/Pare-Pare (ayahnya).
Dimasa kecil,
Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin
Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische
Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti
Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan
studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Pak Habibie
melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun
Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie
harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya.
Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie
menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik)
dengan indeks prestasi summa cum laude.
Selama menjadi
mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi
keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di
Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan
kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat
terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973).
Atas kinerja
dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President
sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast
Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi
satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan
pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum
memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam
desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri
Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun
intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie
menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa
rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“,
“Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.
Pada tahun
1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di
industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat
bekerja di MBB atas rekomendasi Pak Habibie.
Hal ini
dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM) insinyur Indonesia
untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan membuat produk industri
dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto
mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke
Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan
prestise tinggi di Jerman.
Hal ini
dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa
ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Iapun
diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang
teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun
demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman
karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai
benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat
Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia
diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus
merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan
berbagai jabatan lainnya.
Habibie
mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat salah urus
pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi
hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden
Habibie segera membentuk sebuah kabinet.
Salah satu
tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter
Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan
ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada
kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era
pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi
Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat,
perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah.
Melalui
penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak
era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia
akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Setelah ia
turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman
daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono,
ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi
di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.
Rasa cintanya
yang besar pada mendiang istrinya, Ainun dia tuangkan dalam bentuk buku. Dia
menulis buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku ini di buat untuk alm.
istrinya. Buku tersebut berisikan mengenai kisah cinta sang Profesor dengan
istrinya.
Buku tersebut
setebal 323 halaman itu, menceritakan mulai dari awal pertemuan Habibie dan
Ainun, sampai akhinya Ainun menghembuskan nafas terakhirnya karena komplikasi
penyakit pada 22 Mei 2010. Habibie menghitung masa hidup bersama Ainun, sejak
menikah pada 12 Mei 1962, selama 48 tahun 10 hari
Oleh: Ratri
Adityarani
PENDIDIKAN
·
S3: Rhenisch
Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman
·
S2: Rhenisch
Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman
·
S1: Teknik
Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB)
KARIR
·
Presiden RI
ke-3
·
Wapres RI ke-7
·
Menteri Riset
dan Teknologi ke-1
·
Vice President
sekaligus Direktur Teknologi di MBB
·
Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang MBB
·
Kepala Divisi
Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
PENGHARGAAN
·
Edward Warner
Award dan Award von Karman
·
Ganesha Praja
Manggala Bhakti Kencana dari Institut Teknologi Bandung
MEGAWATI
SOEKARNOPUTRI
Pada suatu
tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama
pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya
masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun
kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring
Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai
seorang putri Puan Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana
Negara. Sejak masa kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama
saudaranya Guntur. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan
sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.
Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.
Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.
Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya, Megawati tahu bahwa beliau masih di bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam, belaiu pun memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka belaiu memilih lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu.
Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.
Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs
Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.
Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.
Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya, Megawati tahu bahwa beliau masih di bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam, belaiu pun memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka belaiu memilih lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu.
Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.
Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs
atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di
Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak
mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres
Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor
DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai
oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka
tetap berusaha mempertahankan kantor itu.
Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega.Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan simpati dari masyarakat luas.
Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega.Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan simpati dari masyarakat luas.
Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni,
PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan
mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang
sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim
Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik
berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu
1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu
menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding kader
partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.
Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.
Biodata :
Nama :
Dr (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri
Nama Lengkap :
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
Lahir :
Yogyakarta, 23 Januari 1947
Agama :
Islam
Suami :
Taufik Kiemas
Anak:
3 orang, (2 putra, 1 putri)
Karir :
:: Presiden Ke-5 RI (2001 – 2004)
:: Wakil Presiden RI (1999- 2001)
:: Anggota DPR/MPR RI (1999)
:: Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
Organisasi :
:: Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, April 2000-2005 dan 2005-2009
Alamat Rumah:
:: Jalan Teuku Umar 27-A, Jakarta Pusat
:: Jl. Kebagusan IV No 45 RT 010 RW 04, Kel. Kebagusan Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.
Biodata :
Nama :
Dr (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri
Nama Lengkap :
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
Lahir :
Yogyakarta, 23 Januari 1947
Agama :
Islam
Suami :
Taufik Kiemas
Anak:
3 orang, (2 putra, 1 putri)
Karir :
:: Presiden Ke-5 RI (2001 – 2004)
:: Wakil Presiden RI (1999- 2001)
:: Anggota DPR/MPR RI (1999)
:: Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
Organisasi :
:: Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, April 2000-2005 dan 2005-2009
Alamat Rumah:
:: Jalan Teuku Umar 27-A, Jakarta Pusat
:: Jl. Kebagusan IV No 45 RT 010 RW 04, Kel. Kebagusan Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Perjalanan karir
1. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonsia
(Bandung), (1965)
2. Anggota DPR-RI, (1993)
3. Anggota Fraksi PDI Komisi IV
4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
5. Ketua Umum PDI versi
6. Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
7. Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)
Perjalanan pendidikan
1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai).
2. Anggota DPR-RI, (1993)
3. Anggota Fraksi PDI Komisi IV
4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
5. Ketua Umum PDI versi
6. Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
7. Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)
Perjalanan pendidikan
1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai).
Hamzah haz
Riwayat Awal
Hamzah Haz lahir di Ketapang, Kalimantan Barat pada 15 Februari 1940; umur 74 tahun. Sekolah di SMP, Pontianak, Kalimantan Barat. Lalu Pada 1961 melanjutkan ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak, setelah lulus, ia menjadi Wartawan surat kabar Bebas, Hamzah pernah kuliah di Yogyakarta sampai lulus pada 1965 dan melanjutkan kuliah di Jurusan Ilmu Perusahaan Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura. Selama menuntut ilmu di Pontianak, beliau juga merupakan Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak.
Karier
Pada tahun 1971 Hamzah pernah menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat, setelah itu dia menjadi wakil rakyat bagi NU pada tahun itu juga. Pasca terjadinya fusi antara Nahdlatul Ulama (NU) dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Hamzah aktif bergerak menjadi anggota DPR bagi PPP serta menjadi pengurus penting PPP sampai akhirnya menjabat mejadi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan itu.
Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - Oleh Presiden Habibie, pada 1998 Hamzah Haz diangkat menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), namun ia mengundurkan diri setelah satu tahun menjabat akibat desakan masyarakat agar pimpinan partai tidak menjabat menteri.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat - Namun ketika PresidenAbdurrahman Wahid memintanya menjadi menteri pada Kabinet Persatuan Nasional sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dia kembali menerima amanat tersebut, dan kembali pada 26 November 1999 Hamzah kembali mengundurkan diri dengan alasan yang sama dan ingin fokus ke partai. Aksi pengunduran itu juga merupakan aksi pengunduran diri pertama dalam kabinet Persatuan Nasional setelah Hamzah hanya menjabat selama dua bulan.
Dalam pemilihan Wakil Presiden yang dilakukan
oleh 700 orang anggota MPR tersebut, Hamzah Haz berhasil unggul dari Susilo Bambang Yudhoyono dan Akbar Tandjung.
Pada Pemilu 2004, Partai Persatuan Pembangunan meraih posisi keempat, berada di bawah Partai Kebangkitan Bangsa dengan 8,15% suara, sehingga Hamzah Haz dicalonkan sebagai calon presiden oleh partainya, PPP, berpasangan dengan Agum Gumelar sebagai calon wakil presiden, namun ia kalah dengan perolehan suara hanya 3%.
Pemikiran
Hamzah Haz banyak diduga memiliki hubungan dengan para tentara muslim terutama akibat hubungan baiknya dengan KH. Abu Bakar Ba'asyir dengan tujuan untuk mencari dukungan suara agar memilihnya menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pemilu 2004.
Hamzah Haz juga sempat mengungkapkan bahwa Amerika Serikat adalah teroris, yang menjadi kontroversi dimana-mana.
Menjelang Pemilu 2014, Hamzah Haz mengungkapkan bahwa suatu hal yang nasionalis dan agamis patut untuk digabungkan agar berhasil memimpin Indonesia 5 tahun ke depan, Ungkapan tersebut sejalan dengan dukungan Hamzah kepada Joko Widodo(Jokowi) agar mencalonkan diri menjadi presiden pada Pemilu 2014 dan juga imbauan untuk Jokowi agar memilih Wakil Presiden dari jajaran Agamawan.
Kehidupan Pribadi
Hamzah Haz memiliki dua orang istri yaitu Asmaniah dan Titin Kartini, dan memiliki 12 anak dan salah satunya, Nur Agus Haz merupakan anggota DPR dari PPP. Hamzah Haz bergelar PhD (S3 / doktoral) dari American World University, sebuah institusi pabrik ijazah.
Pada Pemilu 2004, Partai Persatuan Pembangunan meraih posisi keempat, berada di bawah Partai Kebangkitan Bangsa dengan 8,15% suara, sehingga Hamzah Haz dicalonkan sebagai calon presiden oleh partainya, PPP, berpasangan dengan Agum Gumelar sebagai calon wakil presiden, namun ia kalah dengan perolehan suara hanya 3%.
Pemikiran
Hamzah Haz banyak diduga memiliki hubungan dengan para tentara muslim terutama akibat hubungan baiknya dengan KH. Abu Bakar Ba'asyir dengan tujuan untuk mencari dukungan suara agar memilihnya menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pemilu 2004.
Hamzah Haz juga sempat mengungkapkan bahwa Amerika Serikat adalah teroris, yang menjadi kontroversi dimana-mana.
Menjelang Pemilu 2014, Hamzah Haz mengungkapkan bahwa suatu hal yang nasionalis dan agamis patut untuk digabungkan agar berhasil memimpin Indonesia 5 tahun ke depan, Ungkapan tersebut sejalan dengan dukungan Hamzah kepada Joko Widodo(Jokowi) agar mencalonkan diri menjadi presiden pada Pemilu 2014 dan juga imbauan untuk Jokowi agar memilih Wakil Presiden dari jajaran Agamawan.
Kehidupan Pribadi
Hamzah Haz memiliki dua orang istri yaitu Asmaniah dan Titin Kartini, dan memiliki 12 anak dan salah satunya, Nur Agus Haz merupakan anggota DPR dari PPP. Hamzah Haz bergelar PhD (S3 / doktoral) dari American World University, sebuah institusi pabrik ijazah.
Pendidikan
·
SMP, Pontianak,
Kalimantan Barat.
·
SMEA,
Pontianak, Kalimantan Barat.
·
Akademi
Koperasi Negara, Yogyakarta (1962).
·
Jurusan Ekonomi
Perusahaan Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura,Pontianak (tingkat V,
1970).
Karir
·
Guru SM Ketapang
(1960-1962).
·
Wartawan
suratkabar Bebas, Pontianak, Kalimantan Barat (1960-1961).
·
Pimpinan Umum
Harian Berita Pawau, Kalimantan Barat. Ketua PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia, (1962).
·
Ketua Badan
Pemeriksa Induk Koperasi Kopra Indonesia (1965-1970).
·
Ketua Presidium
KAMI Konsulat Pontianak (1968-1971).
·
Asisten Dosen
di Universitas Tanjungpura Pontianak (1968-1971).
·
Anggota DPRD Tk
I Kalimantan Barat (1968-1971).
·
Anggota DPR RI
(1971-2001).
·
Menteri Negara
Investasi/Kepala BKPM (1998-1999).
·
Wakil Ketua DPR
(1999-2001). Menko Kesra dan Taskin (1999).
·
Wakil Presiden
RI (26 Juli 2001-2004)
Jusuf kalla
Awal
nama Kalla dikenal pada tahun 1968, saat dirinya menjadi CEO NV Hadji Kalla. Di
bawah kepemimpinan Kalla, perusahaan NV Hadji Kalla berkembang kian pesat. Dari
semula hanya sekedar bisnis ekspor-impor menjadi meluas ke bidang perhotelan,
konstruksi penjualan kendaraan, kelapa sawit, perkapalan, real estate,
transportasi, peternakan udang, dan telekomunikasi.
Karir
politiknya bermula saat dirinya menjabat sebagai ketua Pelajar Islam Indonesia
(PII) cabang Sulawesi Selatan pada tahun 1960-1964. Berlanjut menjadi ketua HMI
cabang Makassar pada tahun 1965-1966. Tak puas sampai di sana, pada tahun 1967-1969
Kalla menjadi ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanudin dilanjutkan sebagai
ketua Dewan Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada tahun
1967-1969.
Bakat
dagang yang diturunkan oleh sang ayah rupanya tak menguap sia-sia. Sebelum terjun
di dunia politik, Kalla sempat menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri
Daerah (Kadinda). Anak dari pasangan H. Kalla dan Athirrah ini dulunya dikenal
sebagai pengusaha muda dari perusahaan milik keluarga bendera Kalla
Group.
Pada
tahun 1965, setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber
Golkar), Kalla terpilih menjadi ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan
Tenggara (1965-1968). Di tahun yang sama, saat Kalla tengah menyelesaikan tugas
akhir, dirinya terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan periode
1965-1968. Karir politik Kalla seketika melesat saat dirinya terpilih menjadi
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1982-1987 mewakili
Golkar dan pada tahun 1997-1999 mewakili daerah.
Sebelum
terpilih menjadi ketua umum partai Golkar pada tahun 2004, Kalla sempat
terpilih menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI di masa pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid selama enam bulan (1999-2000). Pada masa
kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, Kalla kembali diangkat menjadi
menteri. Kali ini sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia
(Menko Kesra), di tengah jalan Kalla mengundurkan diri karena berniat maju
mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden mendampingi calon presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
Kemenangan
telak membuat pasangan SBY-JK melenggang menuju istana negara untuk disahkan
sebagai presiden dan wakil presiden periode 2004-2009. Dengan terpilihnya
presiden dan wakil presiden baru tersebut merupakan pasangan hasil pemilihan
pertama langsung dari rakyat Indonesia.
Selepas
jabatan sebagai wakil presiden pada tahun 2009, suami dari Mufidah Jusuf dan
ayah dari lima orang anak serta sembilan cucu ini menjabat sebagai ketua Palang
Merah Indonesia periode 2009-2014.
Pada
bulan September 2011, Kalla mendapatkan gelar Doctoral Causa keempatnya dari
Universitas Hasanudin Makasar bidang perekonomian dan politik. Saat ditanya
komentarnya, dirinya berpesan bahwa, jangan pernah memberikan jualan politik
yang berisi janji-janji, tetapi bagaimana masyarakat adil dan sejahtera
terwujud. Pemimpin yang membina kemakmuran tanpa pemerataan adalah
masalah besar. Keadilan boleh susah, tetapi harus susah bersama. Maju dan
sejahtera pun harus bersama.
Selain
itu, pada Desember 2011 Kalla berhasil mendapatkan penghargaan BudAi (Budaya
Akademik Islami) dari Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan Penghargaan
Tokoh Perdamaian dalam Forum Pemuda Dunia untuk Perdamaian di Maluku, Ambon,
2011.
Penghargaan lain diberikan kepada Kalla yakni penghargaan
Dwidjosowojo Award dari Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 pada bulan
Januari 2012 dan penghargaan The Most Inspiring Person pada bulan dan tahun
yang sama disematkan atas prestasi yang telah diukir. Penghargaan tersebut
diberikan oleh Men's Obsession, majalah prestasi dan gaya hidup.
Kini,
di tengah kesibukannya sebagai ketua umum Palang Merah Indonesia, Kalla masih
menyempatkan waktu untuk bermain dengan cucu-cucu kesayangannya. Dia juga
terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) dalam
Muktamar VI DMI untuk periode 2012-2017.
Pada
tanggal 19 Mei 2014, Kalla resmi menjadi pendamping Jokowi dan maju sebagai
calon wakil presiden Indonesia periode 2014-2019. Pasangan Jokowi-JK ini akan
melawan pasangan Prabowo-Hatta pada pemilu presiden tahun 2014 yang
dilaksanakan 9 Juli 2014.
PENDIDIKAN
·
Fakultas
Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967.
·
The
European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis (1977)
KARIR
·
Ketua
Umum Palang Merah indonesia, 2009-sekarang
·
Wakil
Presiden Republik Indonesia, 2004-2009
·
Ketua
Umum DPP Partai Golkar, 2004-2009
·
Anggota
Dewan Penasehat ISEI Pusat, 2000–sekarang
·
Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2001-2004
·
Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, 1999-2000
·
Ketua
Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia, 1997-2002
·
Komisaris
Utama PT. Bukaka Singtel International Organisasi, 1995 – 2001
·
Direktur
Utama PT. Kalla Inti Karsa, 1993-2001
·
Ketua
IKA-UNHAS, 1992–sekarang
·
Komisaris
Utama PT. Bukaka Teknik Utama, 1988-2001
·
Direktur
Utama PT. Bumi Sarana Utama, 1988-2001
·
Wakil
Ketua ISEI Pusat, 1987-2000
·
Ketua
Umum KADIN Sulawesi Selatan, 1985–1997
·
Ketua
Umum ISEI Sulawesi Selatan, 1985-1995
·
Anggota
MPR-RI, 1982–1999
·
Direktur
Utama PT. Bumi Karsa, 1969-2001
·
CEO
NV Hadji Kalla, 1968-2001
·
Anggota
DPRD Sulawesi Selatan dari Sekber Golkar, 1965-1968
PENGHARGAAN
·
Doktor
Honoris Causa dari Universitas Hasanuddin, Makassar
·
Doktor
HC dibidang perdamaian dari Universitas Syah Kuala Aceh pada 12 September 2011
·
Doktor
HC dibidang pemikiran ekonomi dan bisnis dari Universitas Brawijaya Malang pada
8 Oktober 2011
·
Doktor
HC dibidang kepemimpinan dari Universitas Indonesia pada 9 Februari 2013
·
Penghargaan
BudAi (Budaya Akademik Islami) dari Universitas Islam Sultan Agung Semarang
·
Penghargaan
Tokoh Perdamaian dalam Forum Pemuda Dunia untuk Perdamaian di Maluku, Ambon,
2011
·
Penghargaan
Dwidjosowojo Award dari Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
·
The
Most Inspiring Person
Prof. Dr. H. Boediono,
M.Ec.
Tak
bisa dipungkiri, karir dan pengalaman pria kelahiran 1943 ini di bidang
ekonomi-lah yang membawanya ke kursi wakil presiden. Namanya tercatat sebagai
Wakil Presiden kedua yang berlatar belakang ekonomi dan non-partisan, setelah
Wakil Presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta.
Nama
Boediono sendiri sudah lama terdengar sebelum dirinya menjabat sebagai Wakil Presiden.
Pendidikan ekonomi yang didapatkannya dari Universitas Western Australia,
Universitas Monash, dan Wharton School Universitas Pennsylvania diterapkan di
bidang akademis sekaligus praktis. Suami Herawati ini aktif mengabdikan diri di
bidang akademis dengan menjadi Executive Board for Asia - Wharton Advisory
Boards di almamaternya, Wharton School of the University of Pennsylvania. Di
dalam negeri, Boediono juga masih aktif mengajar sebagai Guru Besar di Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Tak
hanya berkutat di lingkup universitas, ayah dua anak ini mulai mempraktikkan
ilmunya di tahun 1998. Dirinya diangkat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan
di Kabinet Reformasi Pembangunan yang dipimpin oleh Presiden BJ Habibie.
Sayangnya, satu tahun kemudian Boediono terpaksa meninggalkan jabatan
pemerintahan karena digantikan oleh Kwik Kian Gie saat Presiden Abdurrahman
Wahid menjabat.
Terbukti,
dirinya tak pernah bisa jauh dari jabatan pemerintahan. Walau sempat tak
menjabat, pria yang berdomisili di Yogyakarta ini kembali ditarik menjadi
Menteri Keuangan di Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati di tahun
2001. Prestasi dan kecemerlangannya mulai tampak dengan jabatan ini, salah
satunya adalah dengan melepaskan Indonesia dari ketergantungan pada bantuan
Dana Moneter Internasional sekaligus mengakhiri kerjasama yang selama ini
menjadi beban besar negara. Sejak krisis moneter di tahun 1998, makroekonomi
Indonesia masih belum bisa disebut stabil. Boediono dan Dorodjatun
Kuntjoro-Jakti (Menteri Koordinator Perekonomian)-lah yang akhirnya berhasil
menstabilkan kurs rupiah di angka Rp9000 per dolar AS. Prestasi ini membuat
keduanya disebut sebagai The Dream Team oleh BusinessWeek.
Dengan
prestasi besarnya, Boediono diperkirakan akan tetap bertahan dan menjabat
sebagai Menteri Keuangan di tahun 2004. Ternyata, dirinya digantikan oleh Jusuf
Anwar saat Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai Presiden. Keputusan ini
bukan semata-mata berasal dari SBY, namun justru karena Boediono memilih untuk
beristirahat dan kembali aktif di bidang akademis.
Tak
perlu menunggu terlalu lama, setahun kemudian, nama pria berdarah Jawa ini
kembali berada di jajaran Menteri, menggantikan Aburizal Bakrie sebagai Menteri
Koordinator bidang Perekonomian saat SBY mereshuffle kabinetnya. Penggantian
Ical, begitu ia biasa disapa, disambut positif oleh pasar, dengan indikasi
menguatnya IHSG dan mata uang rupiah. Hal ini menunjukkan harapan besar pada
Boediono, yang dianggap mampu sekali lagi menguatkan stabilitas makro-ekonomi Indonesia.
Karir
Boediono di bidang ekonomi semakin meningkat. Dirinya resmi menjabat sebagai
Gubernur Bank Indonesia di tahun 2008. Sepertinya hampir tak ada kontra atas
pengangkatan Boediono, dengan dukungan berbagai pihak, termasuk Sang Presiden,
pendahulunya Burhanuddin Abdullah, Menteri Keuangan Sri Mulyani, KADIN, serta
seluruh fraksi di DPR kecuali PDIP.
Kiprahnya
sebagai Gubernur Bank Indonesia tak bertahan lama. Boediono digaet Susilo
Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2009. Dengan dukungan berbagai partai, termasuk
Partai Demokrat dan 23 lainnya, pasangan tokoh militer-politik dan ekonom ini
melangkah mantap, yang akhirnya resmi menjabat sebagai Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia sejak 20 Oktober 2009.
Sang
Presiden punya alasan tersendiri dalam menggaet Boediono sebagai wakilnya.
Sebagai non partisan, pria berkacamata ini dianggap bebas kepentingan, sehingga
mampu melakukan reformasi di bidang ekonomi sesuai dengan ilmu yang
dimilikinya.
Sayangnya,
pendapat ini berseberangan dengan banyak pihak, yang beranggapan Boediono tak
cukup pantas berada di kursi pemerintahan tertinggi setelah Presiden, mengingat
latar belakang politiknya yang minim. Boediono juga dianggap sebagai sosok yang
cukup kontroversial, bahkan disebut sebagai antek IMF, karena jumlah utang
negara yang bertambah secara nominal. Pria ini juga sempat disorot karena
penentangannya terhadap subsidi sembako yang dianggapnya sebagai candu yang
terus memanjakan rakyat.
Tak
hanya kontra yang menemani naiknya Boediono sebagai Wakil Presiden. Sebagian
pihak justru mengagumi prestasinya sebagai ekonom, terutama kala dirinya
menjabat sebagai Menteri. Walau secara nominal jumlah hutang bertambah, secara
rasio hutang negara justru menurun drastis. Pria ini juga menjadi panutan
karena berhasil mewujudkan Undang-Undang Surat Berharga Syariah dan Perbankan
Syariah. Anggapan sebagai antek IMF pun disangkal banyak pihak, karena Boediono
adalah salah satu pihak yang dekat dengan gagasan ekonomi kerakyatan yang
diwujudkannya dalam buku Ekonomi Pancasila.
PUBLIKASI:
-
Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?: Kumpulan Esai Ekonomi (2009)
-
Stabilization in A Period of Transition: Indonesia 2001-2004 dalam The
Australian Government-The Treasury, Macroeconomic Policy and Structural Change
in East Asia: Conference Proceedings, Sydney (2005)
-
'Managing The Indonesian Economy: Some Lessons From The Past?', Bulletin of
Indonesia Economic Studies, 41(3):309-324, Desember 2005.
-
'Professor Mubyarto, 1938-2005'. Bulletin of Indonesian Economic Studies,
41(2):159-162, Agustus 2005.
-
'Kebijakan Fiskal: Sekarang dan Selanjutnya?', dalam Subiyantoro dan S. Riphat
(Eds.). 2004. Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi. Penerbit
Buku Kompas, 43-55 pp.
-
The International Monetary Fund Support Program in Indonesia: Comparing
Implementation Under Three Presidents dalam Bulletin of Indonesia Economic
Studies, 38(3): 385-392, Desember 2002.
-
Indonesia menghadapi ekonomi global (2001)
-
'Strategi Industrialisasi: Adakah Titik Temu ?' dalam Prisma, Tahun XV, No.1.
(1986)
-
Ekonomi Pancasila (bersama Ace Partadiredja, 1981)
Riset
dan Analisa oleh: Ellyana Mayasari
PENDIDIKAN
·
Bachelor
of Economics (Hons.) dari Universitas Western Australia (1967)
·
Master
of Economics dari Universitas Monash (1972)
·
(Ph.D.)
dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania (1979)
KARIR
·
Executive
Board for Asia - Wharton Advisory Boards, The Wharton School of the University
of Pennsylvania
·
Commissioner
of Commission on Growth and Development
·
Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Kabinet Reformasi Pembangunan) 1998
·
Menteri
Keuangan (Kabinet Gotong Royong) 2001
·
Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian (2005)
·
Gubernur
Bank Indonesia (2008)
·
Wakil
Presiden Indonesia (2009)
·
Guru
Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (sampai sekarang)
PENGHARGAAN
·
Bintang
Mahaputra Adipradana
·
Distinguished
International Alumnus Award dari University of Wester
Berikut merupakan daftar penjabat dan masa menjabat Wakil Presiden Indonesia.
1.
^ Jabatan
Wakil Presiden Indonesia lowong pada 1956 ketika
Hatta mengundurkan diri dari jabatannya karena selisih pendapat dengan Presiden Soekarno. Pada
masa pemerintahan Soekarno, jabatan kedua tertinggi di Indonesia adalah perdana
menteri (PM),
dan setelah turunnya PM Djuanda dan
beralihnya Indonesia ke sistem kabinet presidensial pada 1959, yang
ada hanyalah jabatan wakil
perdana menteri (Waperdam).
Jabatan ini baru diisi kembali ketika Orde Baru berkuasa
dengan diangkatnyaHamengkubuwana IX sebagai
wakil presiden pada 1973.
2.
^ Jabatan
Wakil Presiden Indonesia lowong pada 1998 ketika
Presiden Soeharto mengundurkan
diri dan kemudian digantikan oleh Wapres B.J.
Habibie. Karena UUD
1945(sebelum diamandemen) tidak menjelaskan tentang kekosongan jabatan wapres,
maka jabatan ini tetap dikosongkan. Jabatan ini baru diisi kembali ketika Megawati
Soekarnoputri terpilih
sebagai wapres mendampingi Presiden Abdurrahman
Wahid pada 1999.
No comments:
Post a Comment